OLEH. KADEK DUWIKA, S.E
Sri Segening adalah Raja dari Kerajaan Klungkung, Kabupaten Semarapura , Provinsi Bali. Beliau sudah mempunyai banyak istri, tetapi karena suatu kejadian kecil maka Beliau harus mengawini Ni Luh Pasek, salah seorang pelayan di istananya. Beliau sadar kalau dirinya terlalu tua untuk Ni Luh Pasek. Dia masih sangat muda dan juga cantik sehingga membuat istrinya yang lain cemburu padanya.
Mengetahui kondisi seperti itu, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam istana, maka Sri Segening berkata pada Arya Jelantik, patihnya “Paman, jasamu sangat besar padaku. Kamu selalu bakti dan sangat setia juga maka ku hadiahkan istriku yang termuda, Ni Luh Pasek untuk jadi istrimu. Tetapi jangan sentuh dia dulu sebelum dia melahirkan bayinya!!” Arya Jelantik menjawab, “Terima kasih atas kebaikan Baginda pada hamba, Yang Mulia. Hamba akan menuruti semua titah Paduka.” Kemudian raja berkata pada Ni Luh Pasek, “Luh......kamu tahu, saya terlalu tua untukmu, mungkin.......besok saya akan mati. Jadi maafkan saya, mulai sekarang saya berikan kamu pada Paman Arya Jelantik untuk dijadikan istrinya.” Ni Luh Pasek menjawab, “Oh.....tidak......tidak......, Yang Mulia. Janganlah Baginda berkata mati!!! Baginda masih kuat dan sehat. Hamba akan laksanakan apapun titahmu. Terima kasih atas semua kebaikanmu pada hamba, Yang Mulia.”
Kemudian merekapun menikah. Suatu hari, Ni Luh Pasek melahirkan seorang anak laki-laki. Arya Jelantik berkata dengan lembut, “Sayang.....kamu anak laki-laki ajaib, ubun-ubunmu yang merah dan bercahaya serta lidahmu yang berbulu sebagai pertanda kekuatan dan kemasyuranmu kelak. Karenanya kuberi nama kamu Ki Gusti Barak Panji. Saya berjanji akan mengajar dan membimbingmu banyak ilmu nanti.”
Beberapa tahun kemudian, Ki Barak Panji tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat dan tampan dengan banyak keahlian ilmu kanuragan dan kekuatan gaib, atas bimbingan Arya Jelantik. Mendengar itu semua, Sri Segening berkata kepada Paman Arya Jelantik, “Paman, aku sangat bahagia mempunyai seorang anak laki-laki seperti Ki Barak Panji. Tetapi, kekuatannya membuatku khawatir. Aku tidak mau kewibawaanku pudar olehnya. Jadi, apa kamu punya ide untuk mengusir dia dari sini?” “ Bagaimana kalau Baginda titahkan dia untuk pulang ke desa ibunya, Desa Panji di Bumi Den Bukit untuk belajar dan meningkatkan ilmu kanuragannya.” “Hmmmm..........ide yang sangat bagus itu. Terimakasih paman.”
Selanjutnya, Sri Segening menitahkan Ni Luh Pasek menemani putranya pergi ke Desa Panji Den Bukit dan ditemani oleh 40 pasukannya yang gagah berani, Raja menganugerahi sebuah keris Kitarsemang,tombak Ki Tunjungtutur, dan bendera Pangkajatatwa kepada Ki Barak Panji. Ketiganya adalah senjata sakti mandraguna milik Yang Mulia Sri Sagening.
Akhirnya mereka berangkat ke Bumi Den Bukit. Empat hari kemudian, sampailah mereka di Batumenyan, daerah Den Bukit. Lalu mereka berhenti di sana untuk makan perbekalan berupa ketupat. Ketika sedang makan tiba-tiba, “Oh........tidak.......tidak,Tolong....tolong ambilkan saya air, cepat......!!””oh…anakku tersedak tolong..tolong carikan air.”” Tidak ada mata air disekitar sini nyonya,” “CHebsssssss…Hahhh...... Lihat anakku!!! Ada air menyembur dari sini. Cepat minumlah ini, Oh.....Hyang Widhi terima kasih, terima kasih. Engkau telah memberkati putraku.” Setelah itu Ki Barak Panji pulih kembali, maka sejak saat itu, dipusaran air itu dibuatkan sebuah pura yang diberi nama Pura Tirta Ketupat.
Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanannya. Beberapa jam kemudian, tibalah mereka dipuncak bukit mengitari Danau Buyan, ketika matahari terbenam. Tiba-tiba ajaib!!!??? Tubuh Ki Barak Panji diangkat oleh seorang makhluk yang sangat tinggi dan aneh bernama Panji Landung. Lalu dia berkata, “hohoho…Lihatlah di sekelilingmu, Tuan!!! Apa yang tuan lihat?” Ki Barak Panji menjawab dengan tenang, “Saya hanya melihat bukit, pegunungan Tianyar, lautan dan pegunungan Tengger. Tapi untuk apa saya melihat itu semua, Tuan?” “Tuan, kelak kamu akan jadi seorang raja yang besar dan semua yang kamu lihat tadi akan jadi wilayah kekuasaanmu nanti.”, jawab Panji Landung.
Sementara Ki Barak Panji diangkat oleh Panji Landung, Ni Luh Pasek dan semua pasukannya panik mencarinya. Lalu saat dilihat Ki Barak Panji diangkat oleh Panji Landung, dia pun berteriak sambil menangis, “Tolong, tolong, Tuan. Kembalikan putraku, jangan sakiti dia, tolong.”“Jangan khawatir Nyonya, saya hanya menunjukkan sesuatu kepadanya! Sekarang pergilah ke Pantai Penimbangan. Di sana ada orang-orang yang memerlukan bantuanmu, Tuan!” Kata Panji Landung lalu menghilang.
Selanjutnya Ki Barak Panji melanjutkan perjalanannya ke Pantai Penimbangan. Setibanya di sana, dia melihat ada sebuah kapal karam di pantai di antara kerumunan orang-orang. Begitu melihat Ki Barak Panji datang, dengan cepat Ki Mpu Awang si pemilik kapal itu menghampiri. “Permisi Tuan, bersediakah Tuan membantu mendorong kapal saya ke laut? Saya akan memberimu semua harta benda yang ada di kapal saya itu jika Tuan bisa melakukannya.” “Hemmmm..............baiklah.”
Ki Barak Panji berdoa,lalu menaruh keris saktinya di kapal, Ajaib!!! Kapal itu bergerak dan terlepas dari sangkutannya, lalu beranjak ke tengah laut dengan selamat. “Wow.......... Hebat!!! Horee.....horee......hidup Ki Barak Panji, Hidup KiBarak Panji!Hidup Ki Barak Panji Sakti!!”
Sejak saat itu, Ki Barak Panji semakin terkenal dan termasyur namanya. Ia juga dikenal ramah tamah, sopan santun dan murah hati, lama kelamaan semakin banyak orang yang menghambakan diri padanya hingga akhirnya dia diangkat jadi raja yang bergelar “Ki Barak Gusti Ngurah Panjiatau Ki Barak Panji Sakti” kemudian dia memperkuat benteng kekuasaannya dengan laskar perangnya yang bernama Truna Goak” gaaaak..,gaaaak…,gaaaak…..”dan laskar rakyat “hura,hura hura,cak,,kecak,kecak,kecak,cak,cak,cak” menggempur Blambangan hingga takluk menyerah kalah.Ya Ki Barak Panji “Menang “ dibalik duka gugur seorang putranya yang bernama”ki Gusti Ngurah Nyoman Danudresta”Akhirnya raja Solo pun menghadiahkan seekor Gajah kepada Ki Barak Panji. Ia mendirikan sebuah kerajaan di ladang pohon Jagung Gembal atau pohon Buleleng di Sukasada. Pada tanggal 30 Maret 1604 kerajaan dipindahkan lebih ke utara, diberi nama “SINGARAJA”,artinya dipimpin oleh seorang raja yang gagah perkasa laksana singa. Akhirnya Kota Singaraja dijadikan Ibu Kota Buleleng.
Nah teman-teman, dari kisah ini kita bisa memetik sebuah pesan. Peribahasa mengatakan “bulu yang baik membuat burung menjadi baik”. Artinya seseorang yang selalu melakukan kebaikan maka pasti akan disegani dan disukai oleh semua orang, maka mari kita jaga dan lestarikan budaya kita, karena bangsa yang besar adalah negara yang bisa menjaga budayanya.karena itu, ayo kuatkan iman dan tetap teguh jalankan kebenaran di atas bumi ini.Satuhal lagi ,mari kita tingkatkan budaya membaca,karena dengan membaca buku kita tahu isi dunia.Terima kasih.