(0362) 24754
dap@bulelengkab.go.id
Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah

Digitalisasi Literasi dan Gerakan Literasi Sekolah

Admin dap | 04 Juni 2021 | 2607 kali

dikutip dari : https://www.kompasiana.com/simonsutono0539/60ab6635d541df4fa03486a2/digitalisasi-literasi-dan-gerakan-literasi-sekolah

Perkembangan teknologi informasi tidak terbendung. Dampak yang paling dirasakan adalah semakin masifnya penggunaan teknologi informasi dalam jurnalistik yang semakin meminggirkan media massa cetak. Perkembangan terkini surat kabar sudah semakin menipis dalam lembarannya dan kecil dalam ukurannya. Hal ini bisa dimaklumi ketika oplah surat kabar semakin berkurang dan jumlah pengisi iklan yang menjadi salah satu porsi pemasukan utama surat kabar juga semakin jauh berkurang. Menjadi pertanyaan kita bagaimana orang-orang mengakses informasi dan hiburan atau mengiklankan usaha mereka ketika mereka tidak lagi berhubungan dengan dunia cetak? Jawabannya adalah dunia maya. Teknologi informasi dengan kekuatan nirwaktu, nirbatas wilayah dan biaya yang semakin murah telah semakin memudahkan orang-orang untuk mengakses informasi. Tidak heran, masifnya pemanfaatan teknologi informasi menggeser peran media cetak.

        Menanggapi situasi ini, Gerakan Literasi Sekolah yang digaungkan sebagai program wajib di lembaga pendidikan semestinya pula merangkul perubahan ini. Tindakan mengelak atau mengabaikan pemanfaatan teknologi informasi akan menjadi bumerang dan tidak mustahil menghambat idealisme gerakan literasi itu sendiri untuk salah satunya semakin memelekkan para peserta didik  dalam dunia baca tulis. Contoh konkrit yang dialami persekolahan selama masa pandemi antara lain terkait pemanfaatan media cetak bahan literasi. Selama ini sekolah-sekolah sudah menyiapkan bahan-bahan bacaan media cetak berupa buku, artikel, kliping, koran dan yang lainnya yang disimpan di perpustakaan kelas ataupun di perpustakaan sekolah. Pada saat pembelajaran normal para siswa memiliki akses yang mudah untuk memanfaatkan media literasi tersebut. Masa pandemi yang berlangsung berbulan-bulan menjadi kendala ketika siswa tidak memiliki akses ke sekolah dan dengan sendirinya tidak memiliki akses ke buku-buku bacaan sebagai bahan literasi. Beberapa sekolah menjadwalkan peminjaman buku bacaan dengan menyilakan orang tua mengambil buku ke sekolah. Hanya, usaha inipun tidak sepenuhnya gayung bersambut.

        Kendala akses terhadap media literasi bagi para siswa sebagai pelaku gerakan ini tentu semestinya menjadi keprihatinan sekaligus tantangan bagi para pengambil kebijakan gerakan literasi di berbagai tingkatan. Mengharapkan siswa untuk meningkat dalam penguasaan literasi baca mereka dengan akses terhadap media literasi yang sangat terbatas bisa diibaratkan menggantang asap. Lantas, apa yang bisa dilakukan. Salah satu usaha konkrit yang bisa dilakukan adalah digitalisasi literasi. Proses ini tidak lantas menghilangkan kegiatan literasi berbasis media cetak namun bersifat komplementer. Hal-hal yang tidak memungkinkan dijangkau oleh kegiatan literasi media cetak diupayakan melalui digitalisasi literasi. Apakah bentuk konkrit digitalisasi literasi yang dapat mendukung GLS? Beberapa contoh diantaranya adalah pengadaan dan pengoptimalan pengembangan portal GLS berupa salah satunya e-library yang dapat diakses kapanpun dan oleh siapapun dengan gawai mereka. Di dalam portal ini, akses pasif dan aktif disediakan bagi para siswa khususnya. Akses pasif diartikan para siswa hanya mengakses informasi berupa bahan-bahan literasi secara digital. Akses aktif diartikan bahwa para siswa dapat berkontribusi dalam kegiatan literasi dengan mengirimkan karya-karya mereka secara digital. Pengelolaan portal gerakan literasi oleh sekolah menjadi penyeimbang atas melimpah ruahnya bahan-bahan literasi di internet yang sejauh mana sudah terfilter dengan baik oleh para siswa. Konten-konten literasi portal gerakan literasi ini tentu saja bisa dipertanggungjawabkan secara isi tanpa meninggalkan kemasan dan daya tarik dan juga terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. 

 
 

 

 

 

 

        Pengadaan dan pengoptimalan portal gerakan literasi berupa a.l. e-library ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebagai pimpinan sekolah, kepala sekolah wajib melakukan perencanaan yang matang termasuk menghitung kekuatan sekolah, jaringan sekolah dengan pihak-pihak terkait dan juga penyiapan warga sekolah - guru dan tenaga kependidikan serta siswa - untuk menyadari kebutuhan portal gerakan literasi ini dan memberdayakannya.. 

 

        Proses digitalisasi literasi ini tentu akan berdampak optimal  ketika didasarkan atas kolaborasi program gerakan literasi sekolah dengan kegiatan pembelajaran yang diampu oleh guru-guru. Salah satu bentuk kolaborasi ini antara lain dorongan dari guru-guru agar siswa mengakses portal literasi dan melakukan pembelajaran mandiri yang lantas dikonfirmasi oleh guru-guru selama pembelajaran. Kolaborasi ini tentu akan lebih bermakna ketika guru sudah menjawab tantangan ini: terlibat dalam memastikan ketersediaan bahan literasi yang selaras dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. 

        Sebesar apapun tantangan pengembangan portal literasi ini tentu akan terbayar ketika kemampuan literasi siswa yang menjadi tujuan utama GLS meningkat secara signifikan.**