(0362) 24754
dap@bulelengkab.go.id
Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah

HARI BUKU NASIONAL

Admin dap | 28 April 2021 | 728 kali

dikutip dari Laman: https://perpustakaan.iain-tulungagung.ac.id/index.php/2020/05/17/hari-buku-nasional-diperingati-setiap-tanggal-17-mei/

Hari Buku Nasional (Harbuknas) merupakan sebuah perayaan setiap tahun mengenai pentingnya budaya membaca. Harbuknas diperingati setiap tanggal 17 Mei.

Sebenarnya peringatan Harbuknas telah dimulai sejak Tahun 2002. Menteri Pendidikan kala itu, Abdul Malik Fadjar, adalah orang yang pertama kali mencetuskan hari peringatan tersebut. Tanggal 17 Mei dipilih bertepatan dengan momentum hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu pada 17 Mei 1980.
Harbuknas dicetuskan dengan beberapa tujuan yang diharapkan mampu untuk membawa perubahan budaya literasi masyarakat Indonesia. Tujuan utamanya yakni dapat menumbuhkan atau meningkatkan minat membaca dan menulis (budaya literasi) di kalangan masyarakat.
Hal ini dikarenakan minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat diketahui dari berbagai survey yang telah dilakukan oleh lembaga dunia. Misalnya saja hasil survey dari UNESCO pada tahun 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, dari 1000 penduduk, hanya ada satu orang saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku.
Sementara survey lain dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti. Dalam penelitian yang sama pula, PISA menunjukkan hasil dari minat baca siswa Indonesia yang ditempatkan pada urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti.
Bahkan pada sebuah survei penelitian yang dirilis oleh Most Literate Nations pada Maret Tahun 2016 silam terkait pemeringkatan literasi internasional, Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari total 61 negara yang diteliti.
Rendahnya budaya literasi di Indonesia ini perlu segera ditindaklanjuti jika tidak ingin tertinggal dengan negara-negara lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri terutama bagi para pegiat literasi untuk bisa menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Mengingat saat ini teknologi telah berkembang dengan pesat, namun gaya hidup masyarakat Indonesia justru cenderung menjadi semakin malas membaca dan lebih aktif di dunia maya seperti instagram, facebook dan aplikasi lain yang berfungsi sebagai eksistensi diri.
Pemerintah sendiri terus berupaya mengatasi permasalahan tersebut melalui sejumlah kebijakan yang dikeluarkan. Misalnya pada tahun 2015, pemerintah mencanangkan sebuah program dengan mempromosikan Gerakan Literasi Bangsa (GLB). Gerakan ini tercantum dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam Permendikbud tersebut disebutkan bahwa GLB memiliki tujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya membaca dan menulis (literasi).
GLB sendiri mengambil model untuk menumbuhkan budi pekerti dengan cara menganjurkan setiap siswa membaca selama lima belas menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Cara seperti ini diharapkan kedepannya akan menimbulkan kebiasaan positif bagi siswa terutama dalam meningkatkan minat baca dan tulis (literasi).
Gerakan ini kemudian dikenal dengan nama Gerakan Literasi Nasional yang di dalamnya terdapat beberapa sub-gerakan seperti Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, Gerakan Literasi Masyarakat, dan Gerakan Satu Guru Satu Buku.
Semoga masyarakat Indonesia khususnya kaum intelektual dapat menjadi agen perubahan GLB dan menjadikan budaya literasi semakin berkembang karena “cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi)” Lanang Manggala- Seorang penulis buku.
Gema kan selalu budaya literasi demi generasi yang akan datang. Salam Literasi! ?