Sejumlah pegiat literasi membaca buku di dalam KRL rute Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Universitas Indonesia, Jakarta, Minggu (22/4/2018). tirto.id/Andrey Gromico Oleh: Widia Primastika - 16 Agustus 2018 Kemenristekdikti menyayangkan, para dosen dan mahasiswa yang lebih tertarik membaca media sosial dibandingkan literatur ilmiah. tirto.id - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekditi) terus meningkatkan minat baca baik untuk mahasiswa maupun dosen. Sebab, menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Ali Ghuffron angka penelitian di Indonesia masih rendah. "Jadi dengan membaca, maka akan meningkatkan minat menulis. Sebab, menulis ini masih jarang. Tahun 2015 saja, tulisan orang Indonesia yang dimuat di jurnal hanya 5.499, sementara Malaysia 25.530, Singapura 17.000, dan Thailand 12.000," ungkap Ali Ghuffron di Unika Atmajaya Jakarta saat Pelaksanaan Hibah Buku Koleksi Ben dan Nafsiah Mboi, Kamis (16/8/2018). Kemenristekdikti menyayangkan, saat ini dosen dan mahasiswa justru lebih tertarik membaca media sosial dibandingkan literatur ilmiah. "Memang masih perlu ditingkatkan minat bacanya, kalau medsos sudah luar biasa, itu hampir semua membaca medsos. Tapi kalau untuk membaca dalam pengertian scientific itu masih harus bekerja keras," kata Ali. Untuk meningkatkan minat baca, saat ini Kemenristekdikti terus melakukan kerja sama perpustakaan (sister library) antara Perpustakaan Nasional dengan perpustakaan di kampus-kampus, dengan metode perpustakaan digital. Sebelumnya, Menristekdikti Mohamad Nasir mengklaim jumlah publikasi hasil riset peneliti Indonesia di jurnal internasional per Juli 2018 sudah melebihi Singapura. "Tahun 2018 per bulan Juli, Indonesia 13.250, Singapura 12.450. Berarti kita sudah di atas Singapura," kata Nasir di Jakarta, Selasa (10/7/2018), seperti dikutip Antara. Sebelumnya, kata dia, Indonesia berada di urutan empat dalam publikasi ilmiah di kawasan Asia Tenggara, yakni di bawah Thailand, Singapura, dan Malaysia. Dia menjelaskan, publikasi riset peneliti Indonesia di tahun 2015 masih sekitar 5.400 jurnal. Sementara Thailand mempublikasikan sekitar 9.500 riset. Namun pada tahun 2017, kata Nasir, Indonesia berhasil unggul dari Thailand dengan jumlah 18.500 jurnal, sedangkan Thailand 16.200 jurnal.
Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Minat Baca Rendah Sebabkan Rendahnya Jumlah Penelitian di Indonesia", https://tirto.id/minat-baca-rendah-sebabkan-rendahnya-jumlah-penelitian-di-indonesia-cSYR.
Follow kami di Instagram: tirtoid | Twitter: tirto.id