Ditulis Oleh :
Dr.Drs. I Ketut Suweca,M.Si
Setelah berembug serius, akhirnya kami sepakat untuk menulis sebuah buku karya bersama. Buku ini diniatkan untuk menambah satu lagi referensi tentang dunia literasi. Bagaimana kisah selengkapnya? Mari kita ikuti.
Kesepakatan Menulis Buku
Munculnya gagasan untuk menulis buku kolaborasi dimulai dengan perbincangan dengan sejumlah rekan kerja.
Saya melempar ide, bagaimana kalau bersama-sama menulis sebuah buku. Menyusun buku karya bersama yang akan menjadi kenang-kenangan sampai nanti!
Kesepakatan pun dicapai. Anggota tim seluruhnya 11 orang. Kami lalu membuat pembagian tugas, menentukan siapa yang bertugas apa. Sasaran kami adalah 14 perpustakaan yang sudah eksis di bumi Bali Utara alias Kabupaten Buleleng.
Ada tujuh orang yang akan bertugas menulis. Setiap penulis wajib menulis tentang 2 judul naskah yang berisi tentang perpustakaan yang akan kami kunjungi. Panjang naskah per judul kurang-lebih 10 halaman.
Di luar 7 orang itu, ada satu orang yang bertindak sebagai koordinator sekaligus penyunting. Selain itu, ada juga anggota tim yang bertugas mempersiapkan prakata atau kata pengantar buku.
Satu orang anggota bertindak sebagai fotografer. Ia secara khusus bertugas mengambil gambar pada saat anggota tim kecil ini terjun ke lapangan.
Satu orang lainnya, mendapat tugas terakhir, yakni membuat layout buku sebelum dikirim ke penerbit. Kesebelas orang anggota sudah pasti tugasnya.
Membuat Jadwal
Bagaimana kisah selanjutnya? Kami membuat jadwal detail untuk terjun ke lapangan untuk melakukan wawancara, mengobservasi, serta mendapatkan profile semua perpustakaan yang disasar. Tidak lupa kami membuat daftar pertanyaan yang hendak disodorkan kepada pengelola perpustakaan yang kami kunjungi.
Dengan metode tersebut, kami berharap buku yang dihasilkan akan cukup lengkap dan komprehensif.
Kami pun terjun ke lapangan untuk melihat dari dekat seperti apa kiprah perpustakaan-perpustakaan itu. Oh ya, ada 7 perpustakaan desa dan 7 perpustakaan sekolah yang menjadi sasaran kami untuk ditulis ke dalam bentuk buku.
Beberapa hari sebelum terjun ke lapangan kami sudah bersurat kepada keempat belas perpustakaan tersebut, memberitahu rencana kunjungan itu.
Terjun ke Lapangan
Perjalanan mengunjungi perpustakaan ternyata demikian mengesankan. Kami diterima dengan sangat baik oleh pengelola perpustakaan.
Senang sekali rasanya bisa melihat-lihat koleksi perpustakaan desa dan sekolah. Menyaksikan dari dekat bagaimana para pengelola perpustakaan bekerja dan melayani pemustaka. Sesekali kami sempatkan ngobrol dengan para pemustaka.
Rata-rata antusiasme dan kinerja para pengelola perpustakaan cukup besar. Mereka sudah banyak melakukan aktivitas untuk membangun perpustakaan dengan berbagai upaya.
Dan, mereka pun sangat gembira kami kunjungi. Apalagi keberadaan perpustakaan mereka akan kami tulis ke dalam sebuah buku.
Mulai Menulis
Dibutuhkan waktu selama dua minggu untuk mengunjungi gerak literasi di berbagai perpustakaan di bagian utara Bali.
Setelah tuntas mengunjungi semuanya, kami pun berkumpul lagi. Kali ini berdiskusi untuk menyepakati deadline dan materi utama yang wajib ada dalam artikel.
Dari keseluruhan tulisan, setiap tulisan kami sepakati harus menjawab pertanyaan: apa yang menarik dan istimewa dari setiap perpustakaan itu.
Time flies. Sebulan lamanya setiap anggota tim melaksanakan tugasnya. Menulis apa yang diamati di perpustakaan.
Satu demi satu naskah terkumpul. Setiap naskah yang sudah selesai draft awalnya kemudian diedit oleh seorang anggota tim yang bertugas sebagai penyunting.
Mengedit nasakah tentu bukan pekerjaan mudah. Diperlukan kecermatan dalam menyunting. Menyunting berkenaan dengan ketepatan pemakaian kata dan kalimat.
Perlu perhatian yang suntuk terhadap logika dan sistematika tulisan, di samping menata kembali judul, lead, dan ending tulisan.
Tak terkecuali, mengkonfirmasi kembali setiap data dan informasi yang disampaikan dalam draft tulisan.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Catatan Kecil tentang Pengalaman Menulis Buku Kolaboratif", Klik untuk baca:
Insert Foto dan Menata Isi
Setelah satu demi satu naskah selesai diedit, barulah fotografer meng-insert foto-foto pendukung tulisan sekaligus mengisi caption pada setiap foto tersebut. Maletakkan foto-foto hasil jepretan secara cermat agar sesuai dengan teks dan konteksnya.
Begitu dilakukan selama sekitar 1,5 bulan sampai buku itu selesai sekitar 80 persen dalam proses penulisannya.
Dua puluh persennya sisanya adalah tugas penata letak. Untuk menata buku ini dari halaman awal hingga akhir dibutuhkan konsentrasi dan kecermatan.
Kami beruntung mempunyai sahabat penata layout yang tulus dalam berkarya dan tekun menangani finishing buku ini.
Ia mengatur isi buku sedemikian rupa agar memenuhi standar yang dibutuhkan penerbit. Ia membuat desain kulit depan dan belakang buku dengan demikian cantiknya.
Menetapkan Judul Buku
Dalam sebuah rembug antaranggota tim, ada berbagai usulan mengenai judul untuk karya kolaborasi ini. Semua usulan mesti mengarah pada dunia literasi dan perpustakaan.
Pada akhirnya, salah satu usulan anggota menjadi judul yang kami tetapkan secara aklamasi: Bianglala Literasi di Langit Bali Utara.
Kami merasa judul itu sangat mengena. Relevan dengan isi buku yang membahas tentang kiprah perpustakaan di Buleleng.
Mengirim ke Penerbit
Terjun ke lapangan sudah tuntas, penulisan sudah selesai termasuk meng-insert foto, juga me-layout-nya. Pekerjaan terakhir adalah membuatkan surat pengantar dan mengirim naskah buku tersebut ke penerbit.
Kami semua bersyukur penulisan buku tersebut sudah bisa diselesaikan dengan baik, juga sudah dikirim ke penerbit.
Besar harapan kami penerbit bersedia menerbitkan buku ini. Jika sudah terbit, buku ini akan disebarkan ke perpustakan-perpustakaan desa dan sekolah.
Semoga menjadi kenyataan. Mohon doa pembaca semuanya.