(0362) 24754
dap@bulelengkab.go.id
Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah

Pustakawan: Antara Stereotip, Tantangan, dan Peluang

Admin dap | 01 November 2023 | 101 kali

Tahun 1994, pertama kali penulis menginjakkan kaki di sebuah perpustakaan dengan koleksi buku yang lumayan lengkap.  Perpustakaan itu adalah perpustakaan di salah satu SMA Negeri favorit di Salatiga. Disana jugalah penulis mengenal Pak Wiryawan, seorang penjaga perpustakan (yang dikemudian hari barulah penulis mengenal profesinya itu adalah pustakawan). Jika anda berpikir sosok Pak Wiryawan itu udah sepuh, rambut udah memutih (bahkan putih semua), dan berkacamata tebal, maka dugaan anda seratus persen benar. Yaaa, stereotip itu memang melekat pada pustakawan di planet biru ini. Bahkan ada beberapa kawan yang menambahkan label tukang ssssst” pada pustakawan, karena frekuensi para pustakawan dalam mengingatkan para pengunjung yang bercakap-cakap di ruang perpustakaan dengan desisan panjang “sssst” dan mata mendelik.

Stereotip tersebut melekat sekian lama, sehingga menimbulkan stigma “kalo mau ke perpustakaan, siap-siap ketemu pustakawan yang jutek”. Jutek? Ahhh, itu relative. Tergantung orangnya juga, karena pustakawan juga manusia. Yang namanya manusia, tentu ada naik turun mood dan perasaannya. Jika berbicara mengenai sisi manusiawi profesi pustakawan, penulis jadi teringat sebuah film yang dirilis tahun 1995 berjudul Party Girl. Film tersebut menggambarkan sisi manusiawi dan alakadarnya dari seorang pustakawan.

Dalam film tersebut, dikisahkan seorang gadis bernama Mary (diperankan oleh Parker Posey), dengan circle pergaulan bebas dan sangat hobi berpesta. Pada suatu hari dia ditangkap karena mengadakan pesta secara illegal dan dikenakan denda akibat perbuatannya itu. Karena kesulitan melunasi uang denda, Mary menerima tawaran pekerjaan sebagai pegawai perpustakaan. Awalnya dia merasa bahwa bekerja di perpustakaan itu membosankan dan ribet. Namun setelah mengalami beberapa insiden, Mary memutuskan untuk berjuang menjadi pustakawan yang kompeten, mulai dari belajar teknik menata buku agar rapi sampai mempelajari Dewey Decimal System (DDC), yaitu sebuah sistem standar pengelompokan buku dengan metode desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan (Zen, 2009: 24). Mary mempelajari dengan tekun seluk beluk DDC yang membagi ilmu pengetahuan manusia menjadi 10 kelas utama, dimana masing-masing kelas utama di bagi menjadi 10 divisi, dan masing-masing divisi dibagi menjadi 10 seksi (Rahayuningsih, 2007:52). Persona itulah yang jarang diekspos ke publik. Film itu mengangkat secara gamblang setiap celah dari rumitnya profesi pustakawan dan sisi manusiawi dari seorang pustakawan.

sumber : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-kisaran/baca-artikel/14046/Pustakawan-Antara-Stereotip-Tantangan-dan-Peluang.html